Top News Today

Hot News

Popular News [ View all Popular News ]

Latest Updates

Selasa, 03 November 2015

Hari Hari Yang Panjang Di Kota Tembakau

0 komentar
Hari Hari Yang Panjang Di Kota Tembakau
Oleh : Kang Zain

Episode Pertama
            Kenalkan namaku adalah Ahmad Suprihanto seorang Puja Kesuma yaitu Orang Jawa tapi kelahiran Sumatra. Tentu anda bertanya mengapa kedua orang tuaku memberi nama Suprihanto ? Hal itu disebabkan karena kedua orang tuaku melahirkan saya sebagai anak pertama dalam kondisi miskin sehingga kondisinya sangat memprihatinkan. Tapi sampai punya tiga anak kondisi ekonomi orang tuaku juga masih sangat memprihatinkan.
            Karena lahir dari keluarga yang pas – pasan saya pernah berhenti sekolah setamat SD selama tiga tahun. Ketika sudah tiga tahun baru melanjutkan ke SMP Swasta di kota, Karena malu pakai celana pendek maka saya berangkat dari rumah tidak pernah memakai baju seragam. Maklum waktu masuk SMP usia saya sudah 16 tahun. Ketika tamat SMP riwayat pendidikan saya juga terancam berhenti, beruntunglah ada Abah KH Zainal Manshur  pengasuh pondok pesantren Riyadhus Sholikin di kota Palembang yang menawarkan untuk mondok  dipesantrennya gratis dan disekolahkan di Man Palembang  asal mau membantu apa saja dipesantren. Disitu tugas saya memasak nasi dan lauknya untuk kurang  lebih seratus santri, sehingga setiap pagi ketika santri yang lain masih tidur saya sudah mulai memasak makanan dan sayurnya. Lalu dari pagi sampai siang sekolah di Man Palembang selanjutnya sore sampai malam mengikuti kegiatan pesantren, Hal Itu kujalani sampai tiga tahun. Alhamdulilah tahun 1996 saya lulus walaupun bukan nilai terbaik.
            Sebagai rasa terima kasih orang tua saya terhadap kesuksesanku menempuh pendidikan setingkat SMTA dimana kedua orang tuaku karena kebetulan dilahirkan dari keluarga miskin hanya sampai SD. Maka beliau mengajakku sowan pada Kyai pesantren, Kepala Sekolah dan wali kelas. Dari Kyai Pesantren saya diberi pesan untuk senantiasa menjaga sholat secara berjamaah dimanapun berada, Dari Kepala Sekolah menyarankan untuk ketika kuliah juga mondok dipesantren karena kota Jember terkenal sebagai kota Pesantren. Dari Wali Kelas untuk membaca ayat 71 kali sebelum tidur
            Ketika kabar gembira tersebut tentang diterimanya saya di Universitas Jember melalui jalur PMDK saya sampaikan pada bapak ibuku, keduanya menangis bahagia tapi juga yang paling menohok  hatinya, beliau sudah tidak sanggup membiayai pendidikan  di Jawa bahkan untuk biaya di Man  pun dibiayai oleh Bah Yai Manshur. Dengan tangisan yang memilukan hatinya beliau bangga akan keberhasilanku tetapi beribu – ribu minta maaf tidak sanggup membiayai kuliah saya di Jawa. Sebetulnya kabar gembira itu saya sampaikan pada orang tua bukan maksud menuntut bapak ibu membiayai kuliahku, karena untuk di Sekolah di Manpun aku belajar dengan keringat saya sendiri. Saya hanya ingin orang tuaku bangga, hanya itu. Kalau biaya saya yakin akan mampu karena ada ada kata – kata mutiara dari Arab yang pernah diteriakkan saya bersama – sama dengan teman – teman sekelas dipimpin guru ketika memulai pelajaran Biologi yaitu Man Jadda wa Jada ( Barang siapa sungguh – sungguh dia akan berhasil )
            Belajar dari tokoh nasional seperti dr Alfian Tanjung si Anak Singkong sebagai bos TV Trans yang ketika kuliah sambil kerja dari tukang foto copy lalu punya mesin fotocopy sendiri. Selanjutnya Yusril Ihza Mahendra sebagai guru besar UI dan pernah menduduki menteri kehakiman ketika kuliah sambil kerja jadi kondektur bis. Kalau mereka bisa masak saya tidak bisa , yang sangat saya perlukan ketika berangkat ke Jember bukan uang saku dari bapak ibuku, tapi sebuah doa restu.

( Bersambung )